SYEIKH MAULANA MALIK IBRAHIM

ARTIKEL 1
ESAIMEN 8
NOR AMIRAH BINTI MAT NOOR (14021246)

TOKOH ISLAM TERHEBAT

Menurut beberapa sumber, Syeikh Maulana Malik Ibrahim adalah tokoh ulama ahli tatanegara dari Turki yang terkenal dengan nama Syeikh Maghribi, salah seorang wali dari wali songo. Dalam riwayat lain, Malik Ibrahim yang juga sering dikatakan berasal dari Gujerat, ada juga yang mengatakan dari Iran serta dari Arab. Dia masih berketurunan Zainul Abidin Bin Hasan bin Ali bin Abu talib R.A.

Pada tahun 1404M, dia menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa , menetap di Gresik, dan wafat pada hari Isnin 12 Rabiul awal tahun 822 H, atau bertepatan dengan tahun 1419M. dia kemudian dimakamkan di Gresik.

Dalam syiar dan dakwahnya, dia sangat berhati-hati dan bijaksana. Pada waktu itu, majority masyarakat jawa masih beragama Hindu dan Buddha. Namun, agama dan adat istiadat mereka tidak ditentang begitu sahaja. Dia memperkenalkan keluhuran budi pekerti yang diajarkan Islam. Dia memberi contoh  baik dalam masyarakat tenteng tutur kata yang sopan. Lemah lembut. Santun kepada fakir miskin, menghormati yang lebih tua, dan menyayangi yang muda.

Dia mengawali syiar dan dakwahnya dari masyarakat biasa, kemudian ke masyarakat yang mempunyi takhta. Dakwah yang dilakukannya tidak serta merta menentang ajaran Hindu dan Buddha yang kebanyakkannya dari kalangan istana. Oleh sedemikian, ajaran islam cepat berkembang. Hal ini kerana, semua kalangan masyarakat diakui hak asasinya sebagai manusia.

Dikisahkan bahawa syeikh maulana Malik Ibrahim tidak hanya seorang tokoh ulama namun juga seorang tokoh yang sangat memikirkan keadaan perekonomian rakyatnya disebabkan Gresik adalah masyarakat petani, maka dia memikirkan bagaimana pertanian Gresik menjadi subur makmur. Dia membuat irigasi pertanian dan sebagainya, sehingga Gresik pun menjadi daerah yang makmur.
Syeikh Maulana Malik Ibrahim juga memikirkan tentang masa depan umat Islam di Gresik, sebab Gresik masih dalam kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya, yang beragama Hindu. Dia bimbang akan terjadi konflik di kemudian hari, sehingga diapun pergi ke istana bersama Raja Cermain dan Puterinya Dewi Sari, untuk mengajak Prabu Brawijaya untuk menikahi Dewi Sari yang cantik jelita itu. Keiniginan Prabu ditolak dengan alasan bahawa seseorang yang masuk sesuatu agama dengan alasan duniawi jelas akan menyebabkan hal yang tidak baik. Syeikh Maulana Malik Ibrahim dan Raja Cermin pun meninggalkan Majapahit.
Beberapa lama setelah kembali ke Gresik, terjadilah wabak penyakit yang menimpa daerah tersebut, yang mengakibatkan ramai orang meninggal dunia, termasuk Dewi Sari. Mendengar hal ini, Prabu Brawijaya yang menaruh hati pada Dewi Sari bertakziah dan menyuruh semua pemimipin untuk mengadakan upacara pemakaman yang besar-besaran.
Syeikh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang yang bijaksana dan selalu memberi nasihat kepada pengikutnya untuk patuh dan taat kepada rajanya, selagi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sampai pada akhir kisah Prabu Brawijaya menyerahkan Gresik sepenuhnya kepada Syeikh Malik Ibrahim agar diperintahnya sendiri dibawah kedaulatan Majapahit. Syeikh Maulana Malik Ibrahim dengan tulus dan ikhlas menerima amanat raja, sesuai dengan ajaran Islam.