Abdul Aziz (115)
jika kita mengetahui keutamaan ilmu dipastikan
kita semakin ingin tahu dan makin semangat untuk belajar ilmu. Allah Swt
memberikan bonus yang sangat terkira kepada para penuntut ilmu yakni dijamin
kemudahan di dunia dan akhirat.“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari
ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju syurga.
Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda reda pada penuntut
ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk
langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan
orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di
malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris
para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham.
Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan
keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud).
Sahabatku,
realita para penuntut ilmu juga memberikan gambaran dari berbagai tipe manusia.
Terlepas dari lebih baiknya sang pencari ilmu, dibanding dengan yang sama
sekali tidak mahu berusaha belajar dan menuntut ilmu sama sekali. Naudzubillah.
Berikut
ini adalah beberapa kategori para pencari ilmu.
Sahabat
jenis pertama. Dia mendapatkan petunjuk dan ilmu. Dia pun menjaganya bahkan
sampai menghafalkannya, kemudian hatinya menjadi hidup. Dia pun mengamalkan dan
mengajarkan ilmu yang dia miliki pada orang lain. Akhirnya, ilmu tersebut
bermanfaat bagi dirinya dan juga bermanfaat bagi yang lainnya.
Dari Abu
Musa, Nabi SAW bersabda,
مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ هِ
“Permisalan
petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan
yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang dapat
menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak.
Diantaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun
tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah
memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum
dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan
manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah
qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah
permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang
Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia
mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat
kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku
untuk membawanya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Imam
Bukhari membawakan hadits ini dalam kitab shahihnya pada Bab “Orang yang
berilmu dan mengajarkan ilmu”. Sedangkan Imam An Nawawi membawakan hadits ini
dalam Shahih Muslim .
Manusia
jenis kedua adalah tanah yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri,
namun bermanfaat bagi orang lain. Tanah ini menahan air sehingga dapat
dimanfaatkan oleh yang lain. Manusia dan sekitarnya dapat mengambil manfaat
darinya.
Begitu
pula manusia jenis kedua. Dia memiliki ingatan yang bagus. Akan tetapi, dia
tidak memiliki pemahaman yang cerdas. Dia juga kurang bagus dalam menggali
faedah dan hukum. Dia pun kurang dalam berijtihad dalam ketaatan dan
mengamalkannya. Manusia jenis ini memiliki banyak hafalan. Ketika orang lain
yang memerlukan yang sangat haus terhadap ilmu, juga yang sangat ingin memberi
manfaat dan mengambil manfaat bagi dirinya; dia datang menghampiri manusia
jenis ini, maka dia pun mengambil ilmu dari manusia yang punya banyak hafalan
tersebut. Orang lain mendapatkan manfaat darinya,sehingga dia tetap dapat
memberi manfaat pada yang lainnya.
Jenis
ketiga adalah
tanah tandus yang tanaman tidak dapat tumbuh di atasnya. Tanah jenis ini tidak
dapat menyerap air dan tidak pula menampungnya untuk dimanfaatkan orang lain.
Manusia jenis ini tidak memiliki banyak hafalan, juga tidak memiliki pemahaman
yang bagus. Apabila dia mendengar, ilmu tersebut tidak bermanfaat baginya. Dia
juga tidak bisa menghafal ilmu tersebut agar bermanfaat bagi orang lain.”
(Syarah Muslim, 15: 47-48)
Semoga
Allah beri hidayah untuk terus menempuh jalan meraih ilmu bermanfaat. Dan
menjadikan kita sebagai pencari ilmu sekaligus termasuk golongan yang
membumikan dalam amalan manfaat.
No comments:
Post a Comment